BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Di zaman modern ini, hidup manusia mulai baik dan
segala jenis pekerjaan manusiapun dikerjakan dengan mudah, sarana – sarana
teknologi mutakhir yang ditemukan oleh
manusia. Sarana teknologi dengan memiliki
aneka fungsi pola yang dikuasai oleh manusia
sehingga manusia tidak dilibos oleh ciptaannya sendiri alias menjadi korban teknologi. Satu –
satunya jalan untuk menguasai dunia
teknologi dan mengatur hidup yang
baik di zaman modern ini adalah pendidikan .
Dengan
adanya pendidikan, maka manusia dapat
menguasai dunia dengan begitu gampang
dan cepat. Karena pendidikan dapat
membuka wawasan dunia dengan cepat dan
luas. Pendidikan memudahkan kita dihari
depan , bila berpendidikan , maka akan sangat memudahkan kita untuk mencari atau melamar pekerjaan, tidak
ditolak dan dengan pendidikan pula kita
tidak dijadikan budak .
Pendidikan
untuk menciptakan kecerdasan manusia seutuhnya tidak saja memperhatikan aspek kognitif dan
motorik tetapi juga memberikan
tempat bagi pendidikan efektif , budi
pekerti dan tata krama. Menyikapi
hal-hal tersebut pakar – pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara
mengungkapkan konsep dan teori
pendidikan yang sebenarnya untuk
mencapai tujuan yang sesungguhnya. Pendidikan harus mampu menghantar
manusia mencapai keseimbangan
antara kognitif , afektif dan psikomotorik, disinilah baru bisa
dikatakan ” PENDIDIKAN: USAHA MEMANUSIAKAN MANUSIA.” Mencapai keseimbangan tersebut
manusia membutuhkan orang lain .
Hal ini seperti apa yang
dikatakan oleh Aristoteles ” Zoon Politicon,” manusia adalah makluk sosial yang hidup saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain .
Penulis
menyadari bahwa proses pendidikan sangat bermanfaat
dan memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan
kepribadian manusia , maka penulis
mengangkat judul karya ilmiah ,”
PENDIDIKAN : USAHA MEMANUSIAKAN MANUSIA
.”
1.2
Rumusan Masalah
Ø Komponen – komponen
mana saja yang berpengaruh dalam usaha memanusiakan manusia.
Ø Segi – segi apa saja
yang terdapat dalam pendidikan.
1.3
Tujuan Penulisan
Ø Untuk menjawabi
persoalan – persoalan yang telah diangkat.
Ø Untuk mengetahui
manfaat dari pendidikan.
1.4
Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan karya tulis yang sederhana ini, penulis menggunakan
metode studi kepustakaan, dengan mencari, mengumpulkan dan membaca buku – buku
sebagai bahan referensi serta mencari sumber lainnya dengan internet guna
menyelesaikan karya tulis ini.
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini, penulis menguraikan tentang pentingnya peranan
pendidikan bagi masyarakat pada masa kini dan yang akan datang. Penulis
menguraikan secara sistematis dengan membagi karya tulis ini dalam 4 bab,
yakni:
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan merupakan pengantar untuk memasuki
inti pembahasan. Akan diuraikan mengenai latar belakang penulisan, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menggambarkan secara umum mengenai
pendidikan, pengertian dan tujuan pendidikan.
BAB III : PENDIDIKAN: USAHA MEMANUSIAKAN MANUSIA SEUTUHNYA
Dalam bab ini, memaparkan tentang agen – agen yang
berpengaruh dalam usaha memanusiakan manusia, aspek – aspek yang turut
mendukung agar terciptanya pendidikan, serta segi – segi yang terdapat dalam
pendidikan yang harus diperhatikan.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bagian terakhir ini penulis merangkai semua hal
yang diuraikan sebelumnya menjadi sebuah kesimpulan dan mengajukan usul serta
saran kepada para pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian
2.1.1.
Pengertian Secara Etimologis
Secara Etimologis
pendidikan atau edukasi berasal dari
bahasa Latin, yaitu: ” E ”
yang berarti Keluar dan ” Sucera ” yang berarti memimpin. Menurut
bahasa Yunani: ” Pendidikan berasal
dari kata ” Pedagogi ”, yaitu: ” Paid
” yang artinya: ” Anak ”,
sedangkan ” Agagor ” yang artinya: ” Membimbing ” sehingga Pedagogi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan seni mengajak serta membimbing
anak.
(www.asian
brain.com).
2.1.2.
Ensiklopedi
Indonesia
Pendidikan adalah proses
membimbing dari kegelapan, kebodohan, kemiskinan ke arah pengetahuan.Dalam arti
luas pendidikan baik formal maupun non-formal meliputi segala sesuatu atau hal
yang mempengaruhi kebutuhan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia
di mana mereka hidup.
(Van Hoeve
1991 halaman 2.627)
2.1.3.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia
lain, melalui pengajaran dan latihan, proses pembuatan dan cara mendidik.
(Balai
Pustaka 1988 halaman 204)
2.1.4.
Kamus Umum Bahasa Indonesia
(KUBI)
Pendidikan adalah proses
mengubah manusia dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan.
(Yiama
Widya, 2001 halaman 232)
2.1.5.
Secara Rill
Pendidikan adalah kegiatan
belajar – mengajar yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terdiri dari
pembimbing dan yang di bimbing atau dengan kata lain guru dan murid.
2.1.6.
UU no. 20
Tahun 2003
Tentang sikap pendidikan
nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaranagar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
(www.
Asian Brain.com).
2.2
Tujuan
pendidikan
2.2.1. Perolehan Pengetahuan dan keterampilan
Tujuan pendidikan mau menekankan
pada pengetahuan dan kemampuan mempersiapkan diri dan peserta didik yang
nantinya akan mendapat kesempatan kerja. Pengetahuan dan keterampilan sangat
berguna bagi seseorang di kemudian hari. Dengan adanya pengetahuan dan
keterampilan, manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, mau
menumbuhkan suatu kompetensi model objektif. Prinsip kompetensi ini
didefinisikan lepas dari individu, artinya: ditentukan dari apa yang dituntut
oleh suatu profesi atau peranan sosial.
(Lausis
Markis 1981 halaman 47).
2.2.2. Orientasi
Humanistik
Tujuan pendidikan
yang kedua menekankan
orientasi humanistik. Pendidikan diajukan
untuk membantu peserta
didik dan mengembangkan
kemampuan penalaran ,
bertanggung jawabkan pernyataan – pernyataan , keyakinan dan tindakannya . Tujuan lainnya
yaitu bisa memahami
apa dan mengapa
dari yang dipelajari serta
meningkatkan kemampuan organisasi
pengalaman dan konsep-konsep yang sistematik .
( Lausis Markis
1981 halaman 47 )
2.2.3.
Menjawab tantangan
sosial , Ekonomi , dan
keadilan
Dalam perspektif
ini , pendidikan diarahkan menyiapkan
orang untuk bisa mengenali
dan menjelaskan masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat dan kemudian
berusaha menghasilkan jawaban-jawaban yang
mendasar pada etika.
(
Haryatmoko , 2007 halaman 40 ).
2.3. Pendidikan
dan Krisis Baru
Yang Dihadapi
Rekayasa ethis
moral untuk mencerdaskan
manusia. Istilah rekayasa ethis
moral dikenal dalam konteks
persekolahan dan pendidikan , karena pengolahan
pendidikan sekolah senantiasa
bersinggungan dengan manusia
dan biaya . Namun manakala
keberadaan pendidikan tidak
lagi dimaksud untuk
pembentukan manusia seutuhnya
dan hanya mengutamakan
bisnis dalam pendidikan ,maka disinilah
nilai-nilai hakiki pendidikan
dikacaukan dan direkayasa
hanya untuk kepentingan
dan kesenangan seseorang
atau kelompok.
Menurut Paulo
Freire , Pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang
dapat membebaskan manusia
dari berbagai keterbelakangan , keragu- raguan dan
ketidaktahuan tentang potensi
diri. Pada zaman Aristoteles , Ia menyatakan
bahwa pendidikan yang
dapat memberikan pengetahuan
dan penempatan bagi
keutamaan , tata krama ,
budi pekerti dan
jalan tengah .
(
Florens Maxi Un
Bria , 2004 halaman 20 ).
BAB III
PENDIDIKAN
USAHA
MEMANUSIAKAN MANUSIA
3.1 Agen-agen
Yang Berpengaruh Dalam
Usaha Memanusiakan Manusia.
Seperti yang telah
diuraikan pada latar belakang permasalahan
bahwa, Manusia merupakan makhluk
sosial yang hidup
saling membutuhkan. Begitu pula
dalam hal pendidikan
manusia membutuhkan orang
lain agar tercapai
pendidikan yang diinginkan, maka orang
lain atau agen-agen
lain yang berpengaruh
dalam pendidikan adalah
sebagai berikut:
3.1.1.
Keluarga
Setiap insan manusia
pernah dikandung, kurang lebih
selama sembilan bulan dalam
rahim seorang ibu, selanjutnya secara
primer seorang anak hidup
dan berkembang dan
didampingi oleh keluarga
atau lebih khususnya
orang tua kandung. Dalam keluarga
inilah setiap anak memulai
pendidikan tahap dasar
dan mulai mengenal
nilai-nilai ethis, religius dan
apresiasi nilai-nilai kebijakan
lainnya. Keluarga menjadi sekolah
utama dan pertama
bagi anak-anak untuk
belajar lebih mandiri
dan hidup sebagai
manusia untuk membentuk dan
mendidik seseorang menjadi
manusia yang cerdas seutuhnya, maka peran
orang tua sangat
diandalkan dan diharapkan. Kegagalan keluarga
dalam memberikan arahan, didikan moral, ethis
dan nilai-nilai agama serta
tata krama bagi
anak-anak akan sangat mempengaruhi perilaku anak
dalam perkembangan selanjutnya
(pendidikan). Bertolak dari
uraian tersebut, maka ingin
ditekankan bahwa peran
orang tua dalam
keluarga sangat vital. Keluarga menjadi
sekolah kemanusian yang
utama dan pertama , sehingga tidak boleh
diganti oleh lembaga
manapun.
(Florens Maxi Un
Bria , 2004 , halaman 23).
Bagi keluarga inti
agen pendidikan meliputi: Ayah, Ibu, saudara-saudari kandung, dan
saudara-saudari angkat yang
belum menikah dan
tinggal bersama-sama dalam
satu rumah, sedangkan pada
masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas (exetended family) agen
pendidikan menjadi lebih
luas, karena dalam satu
rumah dapat saja
terdiri atas beberapa
keluarga yang meliputi: kakek, nenek, paman, dan bibi
disamping anggota keluarga yang
juga berperan penting.
(Idianto M ,
2004 halaman 118).
3.1.2.
Sekolah.
Dalam lembaga pendidikan
disekolah (pendidikan formal)
seseorang belajar membaca, menulis dan
berhitung. Aspek lain yang dipelajari
adalah aturan-aturan
mengenai kemandirian
(indepedence), prestasi (acsievement), universal dan
kekhasan (specifity). Dilingkungan rumah
seorang ahak mengharapkan bantuan
dari orang tuanya
dalam melaksanakan berbagai
pekerjaan tetapi disekolah ia
dilatih untuk harus
bisa melakukan sendiri
dengan penuh tanggung
jawab (mandiri ).
(Idianto M , 2004
halaman 119)
Selain keluarga, lembaga
sekolah merupakan wilayah
strategis pendidikan yang vital. Ada banyak
pemahaman tentang sekolah. Secara mikro
kita membatasi pemahaman
sekolah sebagai pendidikan
formal dan non
formal. Secara makro baik
sekolah sebagai lembaga
formal maupun non
formal tetap memiliki
banyak cakupan. Sekolah
yang pantas dikagumi
dan layak dicintai
adalah model sekolah
yang tidak saja
membentuk kemampuan kognitif
dan keterampilan bagi
siswa tapi juga
membentuk karakter siswa
dengan budi pekerti
dan tata krama
manusia-manusia yang seutuhnya. Jadi orang tua harus
berusaha agar anak
mengenyam pendidikan formal (sekolah).
3.1.3.
Agen-agen lain
yang turut berpengaruh
dalam pendidikan.
A. Teman bermain .
Teman bermain disebut juga atau
yang lazim dikenal
adalah ”kelompok sebaya” yang
dialami anak setelah
mampu bepergian atau
keluar dari rumah. Pada
awalnya, teman bermain dimaksud
sebagai kelompok yang bersifat
rekreatif, namun dapat pula
sangat berpengaruh dalam
proses pendidikan setelah
keluarga dan sekolah. Puncak pengaruh
teman bermain adalah: pada masa remaja
atau pubertas. Kelompok bermain
sangat berperan dalam
membentuk kepribadian individu.
Berbeda
dengan proses pendidikan
yang didapat dalam
keluarga yang melibatkan
hubungan tidak sederajat, sosialisasi atau
pendidikan dalam kelompok
bermain dilakukan dengan
cara atau pola
mempelajari interaksi dengan
orang-orang yang sederajat
dengan dirinya, karena sebaya
atau sebutan yang
akrab didengar ”seleting ” oleh sebab itu,
dalam kelompok bermain
seorang dapat mempelajari
atau memperoleh peraturan
yang mengatur peranan
orang-orang dalam kedudukan
yang sederajat dan
juga mempelajari nilai-nilai keadilan, kesetiakawanan dan
kebersamaan.
B. Media Massa.
Yang termasuk kelompok
media masa disini
adalah media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid) media
elektronik (radio, televisi, video dan
film-film). Media masa merupakan
dasar bagi apa
yang disebut sebagai industri budaya. Semua pesan
yang dipropogandakan oleh
media masa membentuk
kesadaran manusia dan
membagi arti pesan
tersebut kepada yang mengkonsumsi, sehingga manipulasi pesan
dalam media masa
merupakan strategi yang
efektif untuk dan
memberikan pengawasan.
Salah
satu media masa
yang berpengaruh dalam proses
pendidikan adalah: Televisi. Media
elektronik televisi merupakan
dasar atau termasuk
dalam media masa, karena
sifat informasinya yang
konvergen, informasi dapat diterima
bersamaan oleh reseptor
lebih dari satu
orang.
Televisi
merupakan media komunikasi, paling efektif
untuk menyampaikan pesan
dan mempengaruhi orang. Jika mengamati
setiap keluarga yang ada, maka
salah satu barang
pokok yang ada
dalam setiap keluarga adalah: televisi.Beragam acara
ditawarkan oleh stasiun
televisi baik lokal, nasional dan
internasional yang adegan-adegannya cenderung
berbaur porno. Mengikis moralitas
dan meningkatkan pelanggaran
susila didalam masyarakat.
Iklan-iklan produk tertentu
telah meningkatkan pola
konsumsi atau gaya hidup
masyarakat pada umumnya.
Beberapa
jenis sinetron yang ada di
televisi Indonesia saat ini membawa dampak
negatif bagi pemirsa.
Tayangan yang membawa
cerita mistik mengarahkan
pada keterbelakangan mental
dan syirik terhadap Sang Maha Pencipta. Keterbelakangan mental
dalam hal ini adalah: menggambarkan betapa hebatnya
jin sehingga mempengaruhi
psikis seseorang dalam belajar jadi bila
dalam proses pendidikan
ia hanya akan
selalu mengaitkan dengan
hal-hal yang berbaur
mistik sehingga peserta
didik malas untuk belajar lagi. Selain itu,
jenis sinetron yang
membawa dampak buruk
adalah: sinetron dengan unsur
cerita yang kuat, sehingga orang
tidak lagi berpikir untuk mengikuti
pendidikan tapi hanya
terhanyut dalam dunia
cerita yang hanya akan menyengsarakan dan
membuat jurang yang
dapat menghancurkan seseorang.
C.
Masyarakat sekitar
Bila kita
hidup dalam mayarakat
yang belum terlalu
melihat makna atau
bukti yang nyata
dari pendidikan, maka mareka
akan mansugesti bahwa pendidikan
tidak ada nilai
tambah atau tidak ada
manfaatnya.
D.
Kondisi Alam
Kondisi
alam turut mempengaruhi
pendidikan, karena bila lingkungan pendidikan (sekolah) bersih akan
sangat mendukung kelancaran
proses belajar siswa. Bila seorang
yang tinggal dilingkungan
yang selalu mengalami konflik, maka
akan sangat mempengaruhi
pendidikan, karena
lingkungan yang berkonflik
akan mempengaruhi psikologi peserta didik
tersebut sehingga ia
tidak akan mengikuti
atau mengalami pendidikan
dengan baik.
3.2.
Aspek-aspek yang
turut mendukung agar
terciptanya pendidikan.
3.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan
individu terisi dengan
fantasi, pemahaman dari konsep lahir
dari pengamatan dan
pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda
dalam lingkungan individu
tersebut. Semuanya itu direkam dalam
otak sedikit demi
sedikit dan diungkapkan
oleh individu tersebut dalam bentuk
perilaku.
3.2.2 Perasaan
Perasaan adalah: suatu
keadaan dalam dalam
kesadaran manusia yang menghasilkan
penilaian positif dan
nagatif terhadap sesuatu. Bentuk perasaan
itu dipengaruhi oleh
pengetahuan. Oleh karena itu, perasaan
selalu bersifat subjektif, karena adanya
unsur penilaian, karena antara
penilaian kita dengan
orang lain berbeda-beda. Perasaan mengisi penuh
kesadaran manusia tiap
saat dalam hidupnya .
3.2.3
Dorongan Naluri
Dorongan
naluri adalah : Kemauan yang
sudah merupakan naluri setiap
manusia. Ada beberapa macam
dorongan naluri, yaitu :
§ Dorongan untuk
mempertahankan hidup .
§ Dorongan seksual .
§ Dorongan untuk
berinteraksi dan bergaul
dengan manusia lain
§ Dorongan untuk
meniru tingkah laku
sesamanya .
§ Dorongan untuk
mencari makan .
§ Dorongan untuk
berbakti .
§ Dorongan akan
keindahan, bentuk, warna,suara
dan gerak.
3.2.4
Fisik
Pengenalan tentang
seluruh keadaan tubuh
sangat membantu seseorang
untuk memelihara dan
menghargainya. Dengan adanya kita mengenal
kondisi tubuh atau
fisik kita dengan
baik, maka kita tidak
akan merasa malu dan
minder dalam pendidikan. Organ fisik
manusia dapat digunakan dan
diberdayakan untuk berbagai
kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
(Budiyanto 2004 ,
halaman 13)
3.2.5.
Aspek Bakat
dan Kemampuan .
Tidak seorangpun
dibawah kolong langit
ini mengambil sesuatu
bagi dirinya sendiri kalau
tidak dianugerahi dari
Tuhan. Bakat diartikan sebagai anugerah Tuhan
yang masih harus
dikembangkan dengan berbagai
latihan dan pendidikan. Dengan adanya
bakat yang dianugerahi
maka ia akan berusaha
sedemikian rupa agar bisa
dikembangkan.
3.2.6.
Aspek Cita-cita.
Cita-cita
adalah: Hal yang
diimpikan dan dikejar
dalam hidup setiap
orang. Manusia sebagai ” Homo Sapiens ” atau makhluk
berakal budi, bijaksana berkat
pikirannya dapat merumuskan cita-cita
hidupnya. Setiap orang memiliki
cita-cita yang berbeda-beda.
Dengan adanya cita-cita
maka pendidikan akan
diarahkan dengan tepat sesuai
dengan cita-cita yang
diimpikan.
3.3. Menurut
caranya pendidikan terbagi
menjadi 3 macam :
a.
Dresur.
Pendidikan yang
berdasarkan paksaan,
dilakukan pada anak- anak yang umurnya
1 – 2 tahun .
b. Latihan.
Membentuk kebiasaan, dilakukan sedapat-dapatnya secara
sadar oleh anak didik.
c. Pendidikan.
Pembentukan kata
hati, anak didik yang
diajar berbuat menurut kesanggupan diri
dan menentukan kelakuan
sendiri atas tanggung jawab sendiri
pul.
3.4. Segi-segi
yang terdapat dalam
pendidikan.
a.
Pendidikan Intelektul.
Meliputi
pengajaran berbagai pengetahuan
dan kepandaian yang
diperlukan bagi perkembangan.
b.
Pendidikan jasmani.
Agar tumbuh
secara sehat dan
menjadi sehat.
c.
Pendidikan keindahan.
Agar dapat
menghargai nilai-nilai keindahan
yang terdapat dialam
dan kehidupan, khususnya kesenian.
d.
Pendidikan sosial.
Agar dapat
menghargai dan menerima
nilai-nilai hidup bersama orang
lain dalam praktek
kehidupan, segi-segi
tersebut tidak dipisahkan
antara yang satu
dengan yang lain.
e.
Pendidikan Kesusilaan
Mengajarkan mana
yang baik dan
yang buruk agar
berbuat sesuatu sesuai
dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat
agar tidak dikucilkan.
BAB IV
P E
N U T
U P
4.1 KESIMPULAN
Pendidikan
digolongkan dalam kebutuhan sekunder, tapi seiring dengan adanya
arus globalisasi dan
modernisasi yang kian marak, maka pendidikan digolongkan
kedalam kebutuhan primer yang
mau tidak mau
harus dipenuhi. Pendidikan diibaratkan
seperti : makanan, minuman, perumahan, serta pakaian
yang harus dipenuhi. Bila pendidikan
kita tidak layak, maka
kita sendiri yang
akan mengalami kesulitan
dimasa yang akan
datang , kita akan dijadikan
budak oleh para
cendikiawan .
Dengan adanya pendidikan ,maka manusia
dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan , orientasi ,
humanistik , dan bisa menghadapi
tantangan dalam bidang
sosial , ekonomi , keadilan
dan budaya yang kian marak
Seperti yang dikemukakan
oleh Aristoteles ,manusia adalah
makhluk sosial yang
hidup saling membutuhkan .Pernyataan tersebut
sama halnya dengan
atau dalam dunia
pendidikan ,dimana
pendidikan juga membutuhkan
manusia atau orang
lain untuk mengelolahnya .
Manusia atau lembaga-lembaga yang
berpengaruh dalam dunia
pendidikan adalah : keluarga ,
sekolah , teman bermain ,media masa , masyarakat sekitar
dan lingkungan tempat
tinggal .
4.2 USUL DAN
SARAN.
Berdasarkan
apa yang telah
disimpulkan oleh penulis
bahwa pendidikan sangat
penting dalam kehidupan, maka penulis
ingin mengusulkan kepada
pembaca sekalian agar
pendidikan harus diutamakan
dan bukan diabaikan
dalam hidup, karena menabaikan
pendidikan sama halnya
dengan membuat jurang
untuk diri kita
sendiri dimasa yang
akan datang .
Penulis menyadari bahwa
Karya tulis ini
masih jauh dari
kesempurnaan maka segala
usul ,saran, dan kritikan yang
sifatnya membangun akan
penulia terima dengan
lapang dada demi
penyempurnaan tulisan ini
seperti Pepetah “ TIADA LAUT
YANG TAK BERGELOMBANG, TIADA GADING
YANG TAK RETAK, DAN
TIADA MAWAR YANG
TAK BERDURI .”